Dari
ahmad bin ‘Abdah adh-Dhabyu, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dan Abu al-‘Aqamah al-Farwi,
keduanya berkata, dari Shofwan bin Sulaim, dari ‘Abdullah bin Salman, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah r
bersabda:
إن الله يبعث ريحا من اليمن ألين من الحرير فلا تدع
أحدا في قلبه قال أبو علقمة مثقال حبة وقال عبد العزيز مثقال ذرة من إيمان إلا
قبضته
“Sesungguhnya Allah akan mengirim angin dari yaman yang lebih
lembut dari sutra. Maka angin tersebut tidak akan membiarkan seseorang yang
dalam hatinya terdapat unsur keimanan kecuali akan dibinasakan,”
Abu al-;Aqamah menyebutkan (dengan redaksi) mitsqaala habbatin.
Sedangkan ‘Abdul ‘Aziz menyebutkan (dengan redaksi) mitsqaala dzarratin.
(keduanya sama-sama memiliki arti sesuatu yang sedikit).
Makna hadits
مثقال
حبة أو مثقال ذرة من إيمان (unsur
keimanan) kalimat ini
mengandung keterangan tentang madzhab yang shahih, yakni madzhab
yang menegaskan bahwa keimanan itu bersifat fluktuaktif, bisa bertambah dan
juga bisa berkurang.
ريحا
ألين من الحرير (angin dari yaman
yang lebih lembut dari sutra) subtansi kalimat ini memberikan isyarat
tentang kelemah lembutan dan memberikan kemuliaan kepada mereka.
إلا
قبضته (kecuali akan
dibinasakan) maksudnya kecuali Allah akan membinasakannya melalui perantara
malaikat maut dengan sebab angin tersebut. Karena angin tidak bisa membinasakan
ruh, dan kalimat dalam hadits di atas adalah sekedar kalimat majaz secara akal.
Dalam redaksi hadits di atas disebutkan dengan istilah angin yang berhembus
dari yaman. Sedangkan dalam riwayat Muslim yang terdapat setelah hadits-hadits
tentang Dajjal disebutkan dengan redaksi angin yang berasal dari Syam. Mengenai
adanya perbedaan redaksi hadits seperti ini, maka cara menanggapinya sebagai
berikut:
a. Mungkin saja memang
ada dua macam angin, yakni angin yang berasal dari Syam dan yang berasal dari
Yaman.
b. Mungkin juga hembusan
angin tersebut bermula dari salah satu daerah tersebut dan berakhir di salah
satu dari daerah itu juga.
Adapun makna hadits
tersebut, maka telah diungkapkan dalam beberapa matan hadits lainnya. Di
antaranya adalah matan hadits yang artinya, “Hari kiamat tidak digelar
sampai di permukaan bumi tidak diucapkan
lagi (lafazh) Allah…Allah.” Matan hadits yang lainnya adalah, “Hari
kiamat tidak akan terjadi selama ada seseorang yang mengucapkan Allah…Allah.”
Hadits yang lainnya adalah, “Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada
makhluk yang sangat buruk.” Kesemua matan hadits ini senada dengan maksud
redaksi hadits di atas.
Fiqih hadits
Di dalam hadits
tersebut terkandung dua makna:
1.
Membinasakn orang-orang shaleh dengan lembut menjelang
hari kiamat.
2.
Sesungguhnhya hari kiamat itu terjadi ketika yang tersisa
hanya orang-orang buruk.
Kedua makna di atas
dikuatkan dan dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagaimana
sabda Nabi SAW diantarnaya:
( يبعث الله ريحا طيبة تتوفى كل من في قلبه مثقال حبة من خردل من
إيمان, فيبقى من لاخير فيه )
"Allah SWT mengirim angin yang lembut, yang
membunuh setiap manusia yang di dalam hatinya terdapat unsur keimanan meskipun
seberat biji sawi, sehingga yang tersisa hanya orang-orang yang tidak ada
kebaikan di dalamnya."
( لاتقوم الساعة على أحد يقول: الله...الله.. )
"Hari kiamat tidak akan
terjadi selama ada seseorang yang mengucapkan Allah…Allah."
Dalam riwayat bukhari:
( لا يأتي عليكم زمان إلا
الذى بعده شر منه حتى تلقوا ربكم )
"Tidak
akan datang suatu zaman /masa kepada kalian, melainkan setelahnya lebih buruk
darinya sampai kalian berjumpa dengan Raab kalian."
Dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya.
Dari hadits-hadits di atas dapat kita pahami bahwa
orang-orang yang shaleh akan dibinasakan hingga habis menjelang hari kiamat
sehingga yang tersisa hanya orang yang buruk.
Secara dzhohir hadits ini bertentangan dengan dengan
hadits yang redaksinya
( لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق إلى يوم القيامة )
“Sekelompok orang dari
umatku senantiasa menunjukkan kebenaran sampai dengan hari kiamat,”
maka Imam An-Nawawi mengatakan: hadits ini sama kali tidak bertentangan dengan
beberapa redaksi hadits tersebut di atas. Karena maksud dari hadits ini bahwa
orang-orang senantiasa berada di atas kebenaran akan hidup sampai akhirnya
angin yang lembut itu mencabut ruh mereka tidak lama ketiaka hari kiamat kan
digelar dan ketika tanda-tanda hari akhir itu sudah mulai muncul.
Ibnu bathal mengikis pertentangan hadits-hadits di
atas dan mengkhususkan keumumannya. Beliau mengatakan bahwa lafadz tersebut
umum maknanya yang dibawa kemakna khusus. Sehingga hari kiamat itu terjadi
ketika kebanyakan manusia sudah rusak dan buruk. Dan dengan dalil hadits “Sekelompok orang dari umatku senantiasa
menunjukkan kebenaran sampai dengan hari kiamat", menunjukan bahwa
hari kiamat juga terjadi pada suatu kaum yang di situ masih ada orang yang
mulia.
Dan telah diteliti bahwa pendapat Imam An-Nawawi
yang paling benar dan utama untuk diterima. Wallahu A’lam.
Pelajaran yang
dapat diambil :
1.
Sesungguhnya meninggalnya orang yang shaleh adalah
merupakan ciri datangnya hari kiamat
2.
Ada tanda bahwa Allah SWT menolong orang-orang yang
shaleh dan memuliakannya ketika maut menjemputnya.
3.
Musnahnya orang-orang yang baik di akhir zaman, sehingga
tinggalah tersisa orang-orang yang buruk.
4.
Hal ini mengokohkan madzhab yang benar yang mengatakan
"iman itu naik turun".
5.
Ada tanda kenabian SAW yang mengabarkan perihal yang
ghaib, hal-hal yang akan terjadi menjelang hari kiamat.
Refrensi :
1.
Fathul Mun'im Syarh Shahih Muslim
2.
Syarh Shahih Muslim an-Nawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar