Jumat, 23 Desember 2011

ANGIN YANG MUNCUL SEBELUM HARI KIAMAT YANG AKAN MENCABUT NYAWA ORANG YANG DALAM HATINYA MEMILIKI UNSUR KEIMANAN


Dari ahmad bin ‘Abdah adh-Dhabyu, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dan Abu al-‘Aqamah al-Farwi, keduanya berkata, dari Shofwan bin Sulaim, dari ‘Abdullah bin Salman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah r bersabda:
إن الله يبعث ريحا من اليمن ألين من الحرير فلا تدع أحدا في قلبه قال أبو علقمة مثقال حبة وقال عبد العزيز مثقال ذرة من إيمان إلا قبضته
“Sesungguhnya Allah akan mengirim angin dari yaman yang lebih lembut dari sutra. Maka angin tersebut tidak akan membiarkan seseorang yang dalam hatinya terdapat unsur keimanan kecuali akan dibinasakan,” Abu al-;Aqamah menyebutkan (dengan redaksi) mitsqaala habbatin. Sedangkan ‘Abdul ‘Aziz menyebutkan (dengan redaksi) mitsqaala dzarratin. (keduanya sama-sama memiliki arti sesuatu yang sedikit).

Makna hadits
مثقال حبة أو مثقال ذرة من إيمان  (unsur keimanan) kalimat ini mengandung  keterangan tentang madzhab yang shahih, yakni madzhab yang menegaskan bahwa keimanan itu bersifat fluktuaktif, bisa bertambah dan juga bisa berkurang.
ريحا ألين من الحرير   (angin dari yaman yang lebih lembut dari sutra) subtansi kalimat ini memberikan isyarat tentang kelemah lembutan dan memberikan kemuliaan kepada mereka.
إلا قبضته  (kecuali akan dibinasakan) maksudnya kecuali Allah akan membinasakannya melalui perantara malaikat maut dengan sebab angin tersebut. Karena angin tidak bisa membinasakan ruh, dan kalimat dalam hadits di atas adalah sekedar kalimat majaz secara akal.
Dalam redaksi hadits di atas disebutkan dengan istilah angin yang berhembus dari yaman. Sedangkan dalam riwayat Muslim yang terdapat setelah hadits-hadits tentang Dajjal disebutkan dengan redaksi angin yang berasal dari Syam. Mengenai adanya perbedaan redaksi hadits seperti ini, maka cara menanggapinya sebagai berikut:
a.       Mungkin saja memang ada dua macam angin, yakni angin yang berasal dari Syam dan yang berasal dari Yaman.
b.      Mungkin juga hembusan angin tersebut bermula dari salah satu daerah tersebut dan berakhir di salah satu dari daerah itu juga. 

Adapun makna hadits tersebut, maka telah diungkapkan dalam beberapa matan hadits lainnya. Di antaranya adalah matan hadits yang artinya, “Hari kiamat tidak digelar sampai di permukaan bumi  tidak diucapkan lagi (lafazh) Allah…Allah.” Matan hadits yang lainnya adalah, “Hari kiamat tidak akan terjadi selama ada seseorang yang mengucapkan Allah…Allah.” Hadits yang lainnya adalah, “Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada makhluk yang sangat buruk.” Kesemua matan hadits ini senada dengan maksud redaksi hadits di atas.

Fiqih hadits
Di dalam hadits tersebut terkandung dua makna:
1.        Membinasakn orang-orang shaleh dengan lembut menjelang hari kiamat.
2.        Sesungguhnhya hari kiamat itu terjadi ketika yang tersisa hanya orang-orang buruk.

Kedua makna di atas dikuatkan dan dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW diantarnaya:
( يبعث الله ريحا طيبة تتوفى كل من في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان, فيبقى من لاخير فيه )
"Allah SWT mengirim angin yang lembut, yang membunuh setiap manusia yang di dalam hatinya terdapat unsur keimanan meskipun seberat biji sawi, sehingga yang tersisa hanya orang-orang yang tidak ada kebaikan di dalamnya."
( لاتقوم الساعة على أحد يقول: الله...الله.. )
"Hari kiamat tidak akan terjadi selama ada seseorang yang mengucapkan Allah…Allah."
Dalam riwayat bukhari:
 ( لا يأتي عليكم زمان إلا الذى بعده شر منه حتى تلقوا ربكم )
"Tidak akan datang suatu zaman /masa kepada kalian, melainkan setelahnya lebih buruk darinya sampai kalian berjumpa dengan Raab kalian."
Dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya.

Dari hadits-hadits di atas dapat kita pahami bahwa orang-orang yang shaleh akan dibinasakan hingga habis menjelang hari kiamat sehingga yang tersisa hanya orang yang buruk.

Secara dzhohir hadits ini bertentangan dengan dengan hadits yang redaksinya
( لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق إلى يوم القيامة )
 “Sekelompok orang dari umatku senantiasa menunjukkan kebenaran sampai dengan hari kiamat,” maka Imam An-Nawawi mengatakan: hadits ini sama kali tidak bertentangan dengan beberapa redaksi hadits tersebut di atas. Karena maksud dari hadits ini bahwa orang-orang senantiasa berada di atas kebenaran akan hidup sampai akhirnya angin yang lembut itu mencabut ruh mereka tidak lama ketiaka hari kiamat kan digelar dan ketika tanda-tanda hari akhir itu sudah mulai muncul.
Ibnu bathal mengikis pertentangan hadits-hadits di atas dan mengkhususkan keumumannya. Beliau mengatakan bahwa lafadz tersebut umum maknanya yang dibawa kemakna khusus. Sehingga hari kiamat itu terjadi ketika kebanyakan manusia sudah rusak dan buruk. Dan dengan dalil hadits  “Sekelompok orang dari umatku senantiasa menunjukkan kebenaran sampai dengan hari kiamat", menunjukan bahwa hari kiamat juga terjadi pada suatu kaum yang di situ masih ada orang yang mulia.
Dan telah diteliti bahwa pendapat Imam An-Nawawi yang paling benar dan utama untuk diterima. Wallahu A’lam.


Pelajaran yang dapat diambil :
1.        Sesungguhnya meninggalnya orang yang shaleh adalah merupakan ciri datangnya hari kiamat
2.        Ada tanda bahwa Allah SWT menolong orang-orang yang shaleh dan memuliakannya ketika maut menjemputnya.
3.        Musnahnya orang-orang yang baik di akhir zaman, sehingga tinggalah tersisa orang-orang yang buruk.
4.        Hal ini mengokohkan madzhab yang benar yang mengatakan "iman itu naik turun".
5.        Ada tanda kenabian SAW yang mengabarkan perihal yang ghaib, hal-hal yang akan terjadi menjelang hari kiamat.

Refrensi :
1.        Fathul Mun'im Syarh Shahih Muslim
2.        Syarh Shahih Muslim an-Nawawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar