Dalam
pembahasan ini, insyaAllah kita akan membahas tentang daya upaya yang dilakukan
oleh rasulullah r dalam menjaga kemurnian tauhid umatnya, serta menjauhkan mereka dari kesyirikan dan
jalan-jalan menuju kesyirikan tersebut.
Apabila kita memperhatikan perjalanan beliau dan juga apa yang
disebutkan dalam kitab tauhid, maka kita akan mendapatkan bahwa nabi r mencegah umatnya baik dari keyakinan, ucapan
maupun perbuatan yang batil (salah). Rasulullah r mencegah dan membentengi umatnya agar tidak melakukan perbuatan syirik dengan sabdanya ”Allah
sangat murka terhadap suatau kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka
sebagai masjid”, dan beliau juga mencegah umatnya dari ucapan yang
berlebih-lebihan dan tercela yang mengarah kepada kesyirikan dengan sabdanya ”Janganlah
kalian berlebih-lebihan memujiku seebagaimana orang-orang Nashrani
berlebih-lebihan memuji putera maryam. Aku ini tiada lain adalah hamba, maka
katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya[1], sehingga
penjagaan beliau terhadap kemurnian tauhid ini sangat menyeluruh sekali baik
penjagaan beliau dari keyakinan, ucapan dan juga perbuatan yang menodai
kemurnian tauhid itu sendiri.
Dari sahabat Abdullah bin Asy-Syikhkhir[2]
bahwa beliau berkata :
قال:
انْطَلَقْتُ في وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى رَسُولِ الله (، فَقُلنا: أَنْتَ سَيّدُنا.
فقَالَ: "السّيّدُ الله تبارك وتعالى". , قُلْنا: وَأَفْضَلُنا فَضْلاً وَأَعْظَمُنَا
طَوْلاً. فَقَالَ "قُولُوا بِقَوْلِكم أَوْ بَعْضِ قَوْلِكمُ وَلاَ يَسْتَجْرِيَنّكمْ
الشّيْطَانُ". رواه أبو داوود بسند جيد.
“ Tatkala aku ikut pergi bersama suatu delegasi bani Amir menemui
rasulullah r, kami berkata, ”engkau adalah sayid (tuan) kita. Maka
beliau bersabda ”Sayid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala, lalu
kami berkata, ”engkau adalah yang paling mulia dan yang paling agung kebaikannya di antara kita,
beliau pun bersabda, ”ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar
bagi kamu sekalian dan janganlah terseret oleh setan”. (HR.Abu Daud dengan
sanad jayyid)
Haditsdi atas menjelaskan kepada kita bahwa memanggil dengan lafadz
sayyid (tuan) kepada orang hukumnya adalah makruh dan orang yang dipanggil
tersebut wajib untuk menolak panggilan itu, serta dilarang bagi seseorang untuk
berkata ketika berada dalam majelis “kamu
tuan kami”, dikarenakan hal yang demikian termasuk kategori mengagungkan
orang tersebut.
Sabda rasulullah r “engkau adalah yang paling mulia dan yang paling agung kebaikannya di antara kita,beliau
pun bersabda,”ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar bagi kamu
sekalian dan janganlah terseret oleh seitan” maksud kenapa pujian di atas
dilarang oleh rasulullah r, karena pujian yang diucapkan seseorang di depan orang yang bersangkutan
merupakan bisikan dari setan yang mana setan itulah yang membisikkan kepada
seseorang tersebut untuk memuji seseorang dan mengagungkannya di depan orang
tersebut, hal ini akan menimbulkan sifat ujub pada diri oranag yang dipuji
tersebut dan ini merupak sumber kehinaan baginya. Oleh sebab itu nabi melarang
seseorang untuk mengucapkan sebagaimana ucapan diatas,dan beliau juga melarang
seseorang untuk banyak memuji kepada orang lain secara langsung karena hal ini berbahaya bagi pemujinya dan berbahaya
juga bagi orang yang dipuji. Sehingga rasulullah r bersabda, “jika kamu bertemu orang-orang yang banyak memuji , maka
taburkanlah pasir pada wajah mereka”.
Rasulullah r bersabda tenteng orang-orang yang menuturkan :
يا
رسول الله يا خيرنا وابن خيرنا! وسيدنا وابن سيدنا! فقال"ياأيّها النّاسُ قُولُوا
بِقولِكُمْ ولا يَسْتَهْوِيَنّكُمْ الشّيْطَانُ, أنا محمدٌ عَبْد الله وَرَسُولُه,
ما أحِبّ أنْ تَرْفَعُوني فَوْقَ مَنْزِلَتِي التي أنزلني الله عَزّ وَجَلّ" رواه
النسائي بسند جيد.
“ Ya rasulullah,wahai orang yang paling baik diantara kami,wahai
tuan kita dan putera tuan kita.”
Maka ketika itu bersabdalah beliau r, ”saudara-saudara sekalian, ucapkanlah kata-kata yang wajar
saja bagi kamu sekalian dan janganlah sekali-kali kamu sekalian terbujuk oleh
setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak senang kamu
sekalian mengangkatku melebihi kedudukanku yang telah diberikan Allah I kepadaku”. (HR.An-nisa’I
dengan sanad yang jayyid)
Mereka mensifati rasulullah r orang yang terbaik diatara mereka, dan juga beliau adalah tuan
bagi mereka. Akan tetapi dalam hadits di atas beliau menjaga kemurnian tauhid
umatnya dengan sabdanya, ”saudara-saudara sekalian, ucapkanlah kata-kata
yang wajar saja bagi kamu sekalian dan janganlah sekali-kali kamu sekalian
terbujuk oleh setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak
senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukanku yang telah diberikan
Allah I kepadaku”. Sehingga
tidak ada lagi manusia dari umatnya yang berdalih untuk memperbolehkan
menggunakan lafazd dan ucapan-ucapn di atas kepada seseorang meskipun ia
mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dalam bab ini juga menerangkan kepada
kita agar menutup jalan-jalan yang menuju kesyirikan, wajib bagi setiap
individu muslim untuk menutup semua jalan yang menyebabkan dirinya diagungkan.
Hendaklah ia menjadi orang yang hina dan tunduk di hadapan-Nya serta merasa
sangat takut di hadapan-Nya, karena ini adalah sifat orang-orang mukmin, sebagaimana
firman Allah I :
إِنَّهُمْ
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا
لَنَا خَاشِعِينَ?[الأنبياء:90]
“Maka kami memperkenankan doanya, dan kami
anugerahkan kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami
dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami”.
(Q.s Al-Anbiya’ : 90)
Adapun khusu’ itu ada dua macam yang pertama adalah khusyu’ dalam
hati yaitu dengan merasa tenang, rendah diri di hadapan-Nya dan yang kedua
adalah khusyu’ dalam anggota badan yaitu dengan tenangnya anggota badan[3].
Inilah upaya beliau dalam membentengi dan menjauhkan umatnya dari
kesyirikan serta menjaga kemurnian tauhid umatnya dari setiap perkara yang bisa
menodainya.
Referensi :
1.
Fathul
Majid, Syeikh Abdurrahman Alu
syekh.cetakan : Darul Aqidah .
2. At-Tamhid Lii Syarhi Kitab At-Tauhid Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin
Ibrahim Alu Syeikh.cetakan : Darut tauhid.
[1] . At-Tamhid Lii Syarhi Kitab At-Tauhid
Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syeikh,hal : 581.
[2] .
Disebutkan dalam kitab Usdul ghobah bahwa beliau adalah bagian dari bani
Amir bin ha’sha’ah, beliau tinggal di Bashroh.
[3] . At-Tamhid Lii Syarhi Kitab
At-Tauhid Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih
bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syeikh,hal :584-585.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar