Jumat, 23 Desember 2011

UPAYA NABI SAW DALAM MENJAGA KEMURNIAN TAUHID DAN MENUTUP SEGALA JALAN MENUJU SYIRIK


                Dalam pembahasan ini, insyaAllah kita akan membahas tentang daya upaya yang dilakukan oleh rasulullah r dalam menjaga kemurnian tauhid umatnya, serta  menjauhkan mereka dari kesyirikan dan jalan-jalan menuju kesyirikan tersebut.
Apabila kita memperhatikan perjalanan beliau dan juga apa yang disebutkan dalam kitab tauhid, maka kita akan mendapatkan bahwa nabi r  mencegah umatnya baik dari keyakinan, ucapan maupun perbuatan yang batil (salah). Rasulullah r mencegah dan membentengi umatnya agar tidak  melakukan perbuatan syirik dengan sabdanya ”Allah sangat murka terhadap suatau kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid”, dan beliau juga mencegah umatnya dari ucapan yang berlebih-lebihan dan tercela yang mengarah kepada kesyirikan dengan sabdanya ”Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan memuji putera maryam. Aku ini tiada lain adalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya[1], sehingga penjagaan beliau terhadap kemurnian tauhid ini sangat menyeluruh sekali baik penjagaan beliau dari keyakinan, ucapan dan juga perbuatan yang menodai kemurnian tauhid itu sendiri.
Dari sahabat Abdullah bin Asy-Syikhkhir[2] bahwa beliau berkata :
قال: انْطَلَقْتُ في وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى رَسُولِ الله (، فَقُلنا: أَنْتَ سَيّدُنا. فقَالَ: "السّيّدُ الله تبارك وتعالى". , قُلْنا: وَأَفْضَلُنا فَضْلاً وَأَعْظَمُنَا طَوْلاً. فَقَالَ "قُولُوا بِقَوْلِكم أَوْ بَعْضِ قَوْلِكمُ وَلاَ يَسْتَجْرِيَنّكمْ الشّيْطَانُ". رواه أبو داوود بسند جيد.
“ Tatkala aku ikut pergi bersama suatu delegasi bani Amir menemui rasulullah r, kami berkata, ”engkau adalah sayid (tuan) kita. Maka beliau bersabda ”Sayid yang sebenarnya adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala, lalu kami berkata, ”engkau adalah yang paling mulia dan  yang paling agung kebaikannya di antara kita, beliau pun bersabda, ”ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar bagi kamu sekalian dan janganlah terseret oleh setan”. (HR.Abu Daud dengan sanad jayyid)
Haditsdi atas menjelaskan kepada kita bahwa memanggil dengan lafadz sayyid (tuan) kepada orang hukumnya adalah makruh dan orang yang dipanggil tersebut wajib untuk menolak panggilan itu, serta dilarang bagi seseorang untuk berkata ketika  berada dalam majelis “kamu tuan kami”, dikarenakan hal yang demikian termasuk kategori mengagungkan orang tersebut.
Sabda rasulullah rengkau adalah yang paling mulia dan  yang paling agung kebaikannya di antara kita,beliau pun bersabda,”ucapkanlah semua atau sebagian kata-kata yang wajar bagi kamu sekalian dan janganlah terseret oleh seitan” maksud kenapa pujian di atas dilarang oleh rasulullah r, karena pujian yang diucapkan seseorang di depan orang yang bersangkutan merupakan bisikan dari setan yang mana setan itulah yang membisikkan kepada seseorang tersebut untuk memuji seseorang dan mengagungkannya di depan orang tersebut, hal ini akan menimbulkan sifat ujub pada diri oranag yang dipuji tersebut dan ini merupak sumber kehinaan baginya. Oleh sebab itu nabi melarang seseorang untuk mengucapkan sebagaimana ucapan diatas,dan beliau juga melarang seseorang untuk banyak memuji kepada orang lain secara langsung  karena hal ini berbahaya bagi pemujinya dan berbahaya juga bagi orang yang dipuji. Sehingga rasulullah r bersabda, “jika kamu bertemu orang-orang yang banyak memuji , maka taburkanlah pasir pada wajah mereka”.
Rasulullah r bersabda tenteng orang-orang yang menuturkan :
يا رسول الله يا خيرنا وابن خيرنا! وسيدنا وابن سيدنا! فقال"ياأيّها النّاسُ قُولُوا بِقولِكُمْ ولا يَسْتَهْوِيَنّكُمْ الشّيْطَانُ, أنا محمدٌ عَبْد الله وَرَسُولُه, ما أحِبّ أنْ تَرْفَعُوني فَوْقَ مَنْزِلَتِي التي أنزلني الله عَزّ وَجَلّ" رواه النسائي بسند جيد.
“ Ya rasulullah,wahai orang yang paling baik diantara kami,wahai tuan kita dan putera tuan kita.” Maka ketika itu bersabdalah beliau r, ”saudara-saudara sekalian, ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian dan janganlah sekali-kali kamu sekalian terbujuk oleh setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukanku yang telah diberikan Allah I kepadaku”. (HR.An-nisa’I dengan sanad yang jayyid)
Mereka mensifati rasulullah r orang yang terbaik diatara mereka, dan juga beliau adalah tuan bagi mereka. Akan tetapi dalam hadits di atas beliau menjaga kemurnian tauhid umatnya dengan sabdanya, ”saudara-saudara sekalian, ucapkanlah kata-kata yang wajar saja bagi kamu sekalian dan janganlah sekali-kali kamu sekalian terbujuk oleh setan. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak senang kamu sekalian mengangkatku melebihi kedudukanku yang telah diberikan Allah I kepadaku”. Sehingga tidak ada lagi manusia dari umatnya yang berdalih untuk memperbolehkan menggunakan lafazd dan ucapan-ucapn di atas kepada seseorang meskipun ia mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dalam bab ini juga menerangkan kepada kita agar menutup jalan-jalan yang menuju kesyirikan, wajib bagi setiap individu muslim untuk menutup semua jalan yang menyebabkan dirinya diagungkan. Hendaklah ia menjadi orang yang hina dan tunduk di hadapan-Nya serta merasa sangat takut di hadapan-Nya, karena ini adalah sifat orang-orang mukmin, sebagaimana firman Allah I :
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ?[الأنبياء:90]
“Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami”. (Q.s Al-Anbiya’ : 90)
Adapun khusu’ itu ada dua macam yang pertama adalah khusyu’ dalam hati yaitu dengan merasa tenang, rendah diri di hadapan-Nya dan yang kedua adalah khusyu’ dalam anggota badan yaitu dengan tenangnya anggota badan[3].
Inilah upaya beliau dalam membentengi dan menjauhkan umatnya dari kesyirikan serta menjaga kemurnian tauhid umatnya dari setiap perkara yang bisa menodainya.
Referensi :
1.      Fathul Majid, Syeikh Abdurrahman Alu syekh.cetakan : Darul Aqidah .
2.      At-Tamhid Lii Syarhi Kitab At-Tauhid Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syeikh.cetakan : Darut tauhid.





[1] . At-Tamhid Lii Syarhi Kitab At-Tauhid Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syeikh,hal : 581.
[2] . Disebutkan dalam kitab Usdul ghobah bahwa beliau adalah bagian dari bani Amir   bin  ha’sha’ah, beliau tinggal di Bashroh.  
[3] . At-Tamhid Lii Syarhi Kitab At-Tauhid Aladzi Huwa Haqqulloh ‘Ala ‘Abid, Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syeikh,hal :584-585.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar