عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ أُنَاسٌ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنُؤَاخَذُ بِمَا عَمِلْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ قَالَ « أَمَّا
مَنْ أَحْسَنَ مِنْكُمْ فِى الإِسْلاَمِ فَلاَ يُؤَاخَذُ بِهَا وَمَنْ أَسَاءَ
أُخِذَ بِعَمَلِهِ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَالإِسْلاَمِ ».
“Dari
Abdullah radhiyallahu dia berkata : orang-orang menanyakan kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami akan
diadzab (dihukum) karena perbuatan kami di masa jahiliyah?’, maka beliau
menjawab, ‘Adapun bagi siapa yang berbuat kebaikan diantara kalian ketika
Islamnya, maka dia tidak akan di adzab, namun
bagi siapa yang berbuat keburukan (ketika Islamnya) maka dia
akan diadzab karena perbuatannya di masa Islam dan masa jahiliyah.’” (HR. Muslim).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَنُؤَاخَذُ بِمَا عَمِلْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ قَالَ « مَنْ أَحْسَنَ فِى
الإِسْلاَمِ لَمْ يُؤَاخَذْ بِمَا عَمِلَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ. وَمَنْ أَسَاءَ فِى
الإِسْلاَمِ أُخِذَ بِالأَوَّلِ وَالآخِرِ ».
“Dari
Abdullah radhiyallahu ‘anhu dia berkata : Kami menanyakan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Apakah kami akan diadzab karena perbuatan kami
di masa jahiliyah?’ maka beliau menjawab, ‘Bagi siapa yang berbuat kebaikan
ketika Islamnya maka dia tidak diadzab karena perbuatannya di masa jahiliyah.
Namun barangsiapa yang berbuat keburukan ketika Islamnya, maka dia akan diadzab
dengan yang pertama dan terakhir (ketika jahiliyah dan ketika Islamnya).’” (HR. Muslim).
MAKNA SECARA UMUM
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya sekelompok orang yang baru masuk Islam
(pada masa Rasulullah) takut akan keburukan-keburukan yang telah mereka lakukan
pada masa jahiliyah. Yaitu sebelum
mereka masuk Islam. Mereka mendengar ancaman bagi pelaku kemaksiatan dan
balasan bagi pelaku dosa-dosa besar. Maka kemudian mereka berkata kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, kami telah
banyak membunuh, berbuat zina, juga kami telah banyak melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan sebelum keislaman kami. Maka apakah Allah akan
menghukum (mengadzab) kami atas perbuatan kami dahulu?”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengetahui bahwa di antara
orang-orang yang bertanya itu ada yang masuk Islam hanya pada dhahirnya (tampak
luar) saja, namun sebenarnya batin mereka tetap menyimpan kekufuran sehingga
mereka tidak berbuat kebaikan ketika mereka masuk Islam. Namun ada juga diantara mereka yang memang benar-benar masuk
Islam, beriman, dan ikhlas karena Allah. Maka kemudian beliau mengisyaratkan
jawabannya kepada dua golongan, beliau bersabda : “Barangsiapa yang
menghadapkan wajahnya (masuk Islam) karena ketulusan dan beriman dengan
sebenar-sebenar keimanan, maka Islamnya akan memotong kemaksiatan-kemaksiatan
yang dia lakukan sebelumnya. Dan allah akan mengampuninya terhadap apa yang
telah lewat dan tidak akan menghukumnya atas apa yang telah berlalu dari
perbuatan-perbuatan dosanya dahulu.”[1]
Adapun
barangsiapa yang berbuat keburukan ketika Islamnya, dia menampakkan Islamnya
(secara lahiriyah) namun sebenarnya keimanan belum masuk ke dalam hatinya maka
sesungguhnya orang seperti ini adalah orang
munafik yang masih terus-menerus di dalam kekafirannya dan masih terus
beserta kemaksiatan-kemaksiatannya. Maka
dia akan diadzab karena perbuatannya (maksiat) di masa jahiliyah juga
perbuatannya yang hanya pura-pura masuk Islam. Dia akan dihukum atas apa yang
dia kumpulkan ketika kafirnya, juga dia akan diadzab atas apa yang dia
kumpulkan ketika Islamnya (pura-pura masuk Islam). Dan dia akan dihisab atas
perbuatannya yang pertama (ketika kafir) juga yang kedua (ketika Islam).
Dikarenakan dia tidak memisahkan antara keduanya dengan keislaman yang hakiki
yang dapat menghapuskan perbuatan-perbuatan (buruk) sebelumnya. Maka sebenarnya
kedua-duanya adalah sama. Sesungguhnya Allah itu mengetahui apa yang berada di
dalam hati para makhluk-Nya.
غَافِرِ الذَّنبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ
الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ
“Yang Mengampuni
dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua
makhluk).” (QS. Ghofir : 3)
PEMBAHASAN KOSA
KATA BAHASA ARAB
·
(قَالَ أُنَاسٌ) al’anaas
dan an-naas (jamaknya), tunggalnya adalah
insa. Dan dalam riwayat yang kedua : (قُلْنَا) yang Abdullah bin Mas’ud
termasuk dari orang-orang yang bertanya.
·
(مَنْ أَحْسَنَ مِنْكُمْ فِى الإِسْلاَمِ) yaitu siapa yang masuk
ke dalam Islam dengan baik, ikhlas serta jujur (benar). Istilah dalam syariat
yaitu : Islam seseorang itu baik jika
dia masuk ke dalam Islam dengan sebenar-benar keikhlasan. Dan buruknya Islam seseorang itu jika dia
tidak melakukan yang seperti itu (tidak masuk ke dalam Islam dengan
sebenar-sebenar keikhlasan).
PELAJARAN DARI
HADITS
Imam Nawawi berkata : “Yang benar
dari maksud hadits ini adalah apa yang dikatakan oleh sekumpulan dari para muhaqqiq
(peneliti) bahwa maksud dari berbuat baik disini adalah seseorang masuk ke
dalam agama Islam dengan segenap dhohir dan batinnya, dan menjadi seorang
muslim yang hakiki. Maka yang seperti inilah yang akan diampuni oleh Allah dari
dosa-dosanya yang telah lalu ketika dia masih dalam kekafiran. Hal ini berdasar nash dari Al-Qur’an :
قُل لِلَّذِينَ
كَفَرُواْ إِن يَنتَهُواْ يُغَفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُواْ
فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينِ
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu : "Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang
dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya
akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ". (QS. Al-Anfal : 38).
Juga
berdasar hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
الإِسْلَامُ يهدم مَا
قَبلهُ
Dan
hal ini juga telah menjadi kesepakatan kaum muslimin. Adapun maksud dari
berbuat buruk adalah seseorang yang masuk Islam tapi tidak dengan hatinya. Dia
terlihat seakan-akan orang yang lurus
dari tampak luarnya, memperlihatkan dua kalimat syahadatnya, namun hatinya tidak
terpaut dengan Islam itu sendiri. Maka orang seperti ini adalah orang munafik
yang tetap berada di atas kekufuran. Sehingga berdasar kesepakatan kaum
muslimin, orang seperti ini akan diadzab karena perbuatannya sebelum ia
menampakkan ‘gambaran’ keislamannya (ketika masih kafir), juga akan diadzab
karena perbuatannya setelah ia menampakkannya (pura-pura masuk Islam). Dikarenakan
sebenarnya ia masih berada di atas
kekafiran.”
Sebagian
ulama lain berkata : “Sesungguhnya makna
‘berbuat baik ketika Islamnya’, yaitu terus-menerus dalam kebaikan. Adapun
makna ‘berbuat keburukan’ yaitu kafir dan kembali murtad dari Islam.
Maka orang yang murtad, dia akan diadzab karena perbuatannya yang dulu pertama
sekali (sebelum masuk Islam) sebagaimana dia akan diadzab karena telah murtad
dari Islam.”
Namun
pendapat ini bertentangan, karena keislaman yang benar telah menghapuskan
(memotong) perbuatan sebelumnya (ketika masih kafir). Sehingga dia tidak akan diadzab karena perbuatan
(dosanya) yang dahulu. Kemudian dijawab oleh mereka, bahwasanya murtad itu
menghapuskan amalan-amalan sholeh orang tersebut juga seluruh keislamannya yang
dahulu. Maka jika Islamnya batal, batal pula pengaruhnya sehingga dia akan
diadzab dengan perbuatan (dosa) ketika kekafirannya yang pertama sekali dahulu.
Karena tiada manfaat atas keislaman yang telah batal.
Dan yang
benar adalah penafsiran Imam Nawawi. Telah menjadi hukum asal di kalangan
Asy’ariyah bahwasanya kembali melakukan dosa setelah bertaubat darinya (dosa
tersebut) tidak membatalkan taubat yang telah dia lakukan. Dan bahwasanya
murtad itu tidak mengharuskan untuk membatalkan keislamannya (secara permanen) dan
menghapuskan amalan-amalan sholeh di dalamnya serta tidak membatalkan apa yang
dahulu telah dihapuskan oleh keislamannya. Karena Islam itu telah menghilangkan
dosa-dosa sebelumnya. Juga karena orang yang benar-benar masuk Islam, maka
Allah akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya dan akan mengampuninya. Dan apa
yang telah diampuni oleh Allah tidak akan mungkin kembali dan tidak akan
diadzab karenanya (dosa yang telah Dia ampuni itu).
Dan
diriwayatkan dari hadits Abu Sa’id bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
إذا أسلمَ العبدُ فحَسنُ إسلامُهُ ،
كَتبَ الله له كُلَّ حَسنةٍ كان أزلَفَها ، ومُحِيتْ عنه كُلُّ سيئة كان أزلَفَها ثُمَّ كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ
الْقِصَاصُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرَةِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ
بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا
“Jika seorang hamba masuk Islam dan baik
keislamannya, maka Allah tulis (tetapkan) baginya setiap kebaikan yang dia
kumpulkan dan dihapuskan darinya setiap keburukan yang dikumpulkannya. Kemudian
setelah itu kebaikannya dibalas dengan sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh
ratus kali lipat, dan (satu) keburukannya dibalas dibalas dengan (satu) balasan
kecuali jika Allah mengampuninya dari keburukan tersebut. ” (HR. Bukhari).
Dan
maksud dari kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang dikumpulkannya di
hadits ini adalah apa yang dahulu dia lakukan ketika masih kafir. Maka hadits
ini menunjukkan bahwasanya seluruh kebaikan yang dia lakukan ketika masih kafir
dahulu akan diganjar pahala oleh Allah jika dia masuk Islam. Dan begitu pula akan
dihapuskan setiap keburukannya ketika masih kafir jika dia masuk Islam. Namun
dengan syarat keislamannya haruslah baik (benar-benar masuk Islam dengan batin
dan dhohirnya). Kemudian juga dia meninggalkan (tidak lagi melakukan)
keburukan-keburukan itu ketika telah Islam. Ini adalah pendapat Imam Ahmad.[3]
Maka
juga dapat dikatakan bahwa jika seorang kafir yang masuk Islam dengan
sebenar-benar keikhlasan, kemudian dia murtad (keluar dari Islam), namun
kemudian jika dia kembali masuk ke dalam agama Islam (setelah murtad), maka
kebaikan-kebaikan yang dulu dia lakukan ketika dia telah masuk Islam (yang
pertama sekali) akan dikembalikan oleh Allah. Wallahu a’lam.
Referensi :
·
Fathul Mun’im Syarh Shohih Muslim
·
Jami’ul Ulum wal Hikam
·
Shohih Muslim
[2] Hadits ini berkenaan tentang kisah ‘Amr bin
‘Ash ketika dia masuk Islam, maka kemudian dia berkata kepada Rasulullah, “Aku
ingin meminta sebuah persyaratan kepadamu.” Maka kemudian beliau menjawab, “Apa
yang kamu syaratkan?” Dia berkata, “Dosa-dosaku (ketika jahiliyah)
apakah diampunkan?”, Maka beliau bersabda, “Apakah kamu tidak mengetahui
bahwa Islam itu menghapuskan (dosa-dosa)
yang telah lalu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar