Jumat, 23 Desember 2011

APAKAH SESEORANG DIADZAB LANTARAN PERBUATANNYA DI MASA JAHILIYAH


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ أُنَاسٌ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنُؤَاخَذُ بِمَا عَمِلْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ قَالَ « أَمَّا مَنْ أَحْسَنَ مِنْكُمْ فِى الإِسْلاَمِ فَلاَ يُؤَاخَذُ بِهَا وَمَنْ أَسَاءَ أُخِذَ بِعَمَلِهِ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَالإِسْلاَمِ ».
            “Dari Abdullah  radhiyallahu  dia berkata : orang-orang menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami akan diadzab (dihukum) karena perbuatan kami di masa jahiliyah?’, maka beliau menjawab, ‘Adapun bagi siapa yang berbuat kebaikan diantara kalian ketika Islamnya, maka dia tidak akan di adzab, namun  bagi siapa  yang  berbuat keburukan (ketika Islamnya) maka dia akan diadzab karena perbuatannya di masa Islam dan masa jahiliyah.’” (HR. Muslim).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنُؤَاخَذُ بِمَا عَمِلْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ قَالَ « مَنْ أَحْسَنَ فِى الإِسْلاَمِ لَمْ يُؤَاخَذْ بِمَا عَمِلَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ. وَمَنْ أَسَاءَ فِى الإِسْلاَمِ أُخِذَ بِالأَوَّلِ وَالآخِرِ ».
            “Dari Abdullah radhiyallahu ‘anhu dia berkata : Kami menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Apakah kami akan diadzab karena perbuatan kami di masa jahiliyah?’ maka beliau menjawab, ‘Bagi siapa yang berbuat kebaikan ketika Islamnya maka dia tidak diadzab karena perbuatannya di masa jahiliyah. Namun barangsiapa yang berbuat keburukan ketika Islamnya, maka dia akan diadzab dengan yang pertama dan terakhir (ketika jahiliyah dan ketika Islamnya).’” (HR. Muslim).

MAKNA SECARA UMUM
            Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya sekelompok orang yang baru masuk Islam (pada masa Rasulullah) takut akan keburukan-keburukan yang telah mereka lakukan pada masa jahiliyah. Yaitu  sebelum mereka masuk Islam. Mereka mendengar ancaman bagi pelaku kemaksiatan dan balasan bagi pelaku dosa-dosa besar. Maka kemudian mereka berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, kami telah banyak membunuh, berbuat zina, juga kami telah banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan sebelum keislaman kami. Maka apakah Allah akan menghukum (mengadzab) kami atas perbuatan kami dahulu?”
            Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengetahui bahwa di antara orang-orang yang bertanya itu ada yang masuk Islam hanya pada dhahirnya (tampak luar) saja, namun sebenarnya batin mereka tetap menyimpan kekufuran sehingga mereka tidak berbuat kebaikan ketika mereka masuk Islam. Namun ada juga  diantara mereka yang memang benar-benar masuk Islam, beriman, dan ikhlas karena Allah. Maka kemudian beliau mengisyaratkan jawabannya kepada dua golongan, beliau bersabda : “Barangsiapa yang menghadapkan wajahnya (masuk Islam) karena ketulusan dan beriman dengan sebenar-sebenar keimanan, maka Islamnya akan memotong kemaksiatan-kemaksiatan yang dia lakukan sebelumnya. Dan allah akan mengampuninya terhadap apa yang telah lewat dan tidak akan menghukumnya atas apa yang telah berlalu dari perbuatan-perbuatan dosanya dahulu.”[1]
            Adapun barangsiapa yang berbuat keburukan ketika Islamnya, dia menampakkan Islamnya (secara lahiriyah) namun sebenarnya keimanan belum masuk ke dalam hatinya maka sesungguhnya orang seperti ini adalah orang  munafik yang masih terus-menerus di dalam kekafirannya dan masih terus beserta kemaksiatan-kemaksiatannya. Maka  dia akan diadzab karena perbuatannya (maksiat) di masa jahiliyah juga perbuatannya yang hanya pura-pura masuk Islam. Dia akan dihukum atas apa yang dia kumpulkan ketika kafirnya, juga dia akan diadzab atas apa yang dia kumpulkan ketika Islamnya (pura-pura masuk Islam). Dan dia akan dihisab atas perbuatannya yang pertama (ketika kafir) juga yang kedua (ketika Islam). Dikarenakan dia tidak memisahkan antara keduanya dengan keislaman yang hakiki yang dapat menghapuskan perbuatan-perbuatan (buruk) sebelumnya. Maka sebenarnya kedua-duanya adalah sama. Sesungguhnya Allah itu mengetahui apa yang berada di dalam hati para makhluk-Nya.
غَافِرِ الذَّنبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ
            Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).” (QS. Ghofir : 3)

PEMBAHASAN KOSA KATA BAHASA ARAB
·         (قَالَ أُنَاسٌ) al’anaas dan an-naas (jamaknya), tunggalnya adalah insa. Dan dalam riwayat yang kedua : (قُلْنَا) yang Abdullah bin Mas’ud termasuk dari orang-orang yang bertanya.
·          (مَنْ أَحْسَنَ مِنْكُمْ فِى الإِسْلاَمِ) yaitu siapa yang masuk ke dalam Islam dengan baik, ikhlas serta jujur (benar). Istilah dalam syariat yaitu : Islam seseorang  itu baik jika dia masuk ke dalam Islam dengan sebenar-benar keikhlasan. Dan buruknya Islam seseorang itu jika dia tidak melakukan yang seperti itu (tidak masuk ke dalam Islam dengan sebenar-sebenar keikhlasan).

PELAJARAN DARI HADITS
            Imam Nawawi berkata : “Yang benar dari maksud hadits ini adalah apa yang dikatakan oleh sekumpulan dari para muhaqqiq (peneliti) bahwa maksud dari berbuat baik disini adalah seseorang masuk ke dalam agama Islam dengan segenap dhohir dan batinnya, dan menjadi seorang muslim yang hakiki. Maka yang seperti inilah yang akan diampuni oleh Allah dari dosa-dosanya yang telah lalu ketika dia masih dalam kekafiran. Hal ini berdasar nash dari Al-Qur’an :
قُل لِلَّذِينَ كَفَرُواْ إِن يَنتَهُواْ يُغَفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُواْ فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينِ
          Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu : "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ". (QS. Al-Anfal : 38).
            Juga berdasar hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
الإِسْلَامُ يهدم مَا قَبلهُ
          “Islam itu menghapuskan  (dosa-dosa) yang telah lalu.” (HR. Muslim)[2]

            Dan hal ini juga telah menjadi kesepakatan kaum muslimin. Adapun maksud dari berbuat buruk adalah seseorang yang masuk Islam tapi tidak dengan hatinya. Dia terlihat seakan-akan orang yang  lurus dari tampak luarnya, memperlihatkan dua kalimat syahadatnya, namun hatinya tidak terpaut dengan Islam itu sendiri. Maka orang seperti ini adalah orang munafik yang tetap berada di atas kekufuran. Sehingga berdasar kesepakatan kaum muslimin, orang seperti ini akan diadzab karena perbuatannya sebelum ia menampakkan ‘gambaran’ keislamannya (ketika masih kafir), juga akan diadzab karena perbuatannya setelah ia menampakkannya (pura-pura masuk Islam). Dikarenakan  sebenarnya ia masih berada di atas kekafiran.”
            Sebagian ulama lain  berkata : “Sesungguhnya makna ‘berbuat baik ketika Islamnya’, yaitu terus-menerus dalam kebaikan. Adapun makna ‘berbuat keburukan’ yaitu kafir dan kembali murtad dari Islam. Maka orang yang murtad, dia akan diadzab karena perbuatannya yang dulu pertama sekali (sebelum masuk Islam) sebagaimana dia akan diadzab karena telah murtad dari Islam.”
            Namun pendapat ini bertentangan, karena keislaman yang benar telah menghapuskan (memotong) perbuatan sebelumnya (ketika masih kafir). Sehingga  dia tidak akan diadzab karena perbuatan (dosanya) yang dahulu. Kemudian dijawab oleh mereka, bahwasanya murtad itu menghapuskan amalan-amalan sholeh orang tersebut juga seluruh keislamannya yang dahulu. Maka jika Islamnya batal, batal pula pengaruhnya sehingga dia akan diadzab dengan perbuatan (dosa) ketika kekafirannya yang pertama sekali dahulu. Karena tiada manfaat atas keislaman yang telah batal.
            Dan yang benar adalah penafsiran Imam Nawawi. Telah menjadi hukum asal di kalangan Asy’ariyah bahwasanya kembali melakukan dosa setelah bertaubat darinya (dosa tersebut) tidak membatalkan taubat yang telah dia lakukan. Dan bahwasanya murtad itu tidak mengharuskan untuk membatalkan  keislamannya (secara permanen) dan menghapuskan amalan-amalan sholeh di dalamnya serta tidak membatalkan apa yang dahulu telah dihapuskan oleh keislamannya. Karena Islam itu telah menghilangkan dosa-dosa sebelumnya. Juga karena orang yang benar-benar masuk Islam, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya dan akan mengampuninya. Dan apa yang telah diampuni oleh Allah tidak akan mungkin kembali dan tidak akan diadzab karenanya (dosa yang telah Dia ampuni itu).
            Dan diriwayatkan dari hadits Abu Sa’id bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda :
إذا أسلمَ العبدُ فحَسنُ إسلامُهُ ، كَتبَ الله له كُلَّ حَسنةٍ كان أزلَفَها ، ومُحِيتْ عنه كُلُّ سيئة كان أزلَفَها ثُمَّ كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرَةِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا
          “Jika seorang hamba masuk Islam dan baik keislamannya, maka Allah tulis (tetapkan) baginya setiap kebaikan yang dia kumpulkan dan dihapuskan darinya setiap keburukan yang dikumpulkannya. Kemudian setelah itu kebaikannya dibalas dengan sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat, dan (satu) keburukannya dibalas dibalas dengan (satu) balasan kecuali jika Allah mengampuninya dari keburukan tersebut.  (HR. Bukhari).
            Dan maksud dari kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang dikumpulkannya di hadits ini adalah apa yang dahulu dia lakukan ketika masih kafir. Maka hadits ini menunjukkan bahwasanya seluruh kebaikan yang dia lakukan ketika masih kafir dahulu akan diganjar pahala oleh Allah jika dia masuk Islam. Dan begitu pula akan dihapuskan setiap keburukannya ketika masih kafir jika dia masuk Islam. Namun dengan syarat keislamannya haruslah baik (benar-benar masuk Islam dengan batin dan dhohirnya). Kemudian juga dia meninggalkan (tidak lagi melakukan) keburukan-keburukan itu ketika telah Islam. Ini adalah pendapat Imam Ahmad.[3]
            Maka juga dapat dikatakan bahwa jika seorang kafir yang masuk Islam dengan sebenar-benar keikhlasan, kemudian dia murtad (keluar dari Islam), namun kemudian jika dia kembali masuk ke dalam agama Islam (setelah murtad), maka kebaikan-kebaikan yang dulu dia lakukan ketika dia telah masuk Islam (yang pertama sekali) akan dikembalikan oleh Allah. Wallahu a’lam.























Referensi :
·         Fathul Mun’im Syarh Shohih Muslim
·         Jami’ul Ulum wal Hikam
·         Shohih Muslim









[1] DR. Musa Syahin Lasyin, Fathul Mun’im Syarh Shohih Muslim, juz I, hal. 394.
[2] Hadits ini berkenaan tentang kisah ‘Amr bin ‘Ash ketika dia masuk Islam, maka kemudian dia berkata kepada Rasulullah, “Aku ingin meminta sebuah persyaratan kepadamu.” Maka kemudian beliau menjawab, “Apa yang kamu syaratkan?” Dia berkata, “Dosa-dosaku (ketika jahiliyah) apakah diampunkan?”, Maka beliau bersabda, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapuskan  (dosa-dosa) yang telah lalu.”
[3] Ibnu Rajab Al-Hambali, Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, juz 14, hal. 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar